Laman

Tuesday 11 June 2013

Berawal dari 57 sen

Inspirasi
Kisah nyata ini terjadi pada akhir tahun 1800-an di Philadelphia. Seorang gadis kecil yang bernama Hattie May Wiatt berdiri terisak di dekat pintu masuk sebuah gereja yang tidak terlalu besar, ia tidak diperkenankan masuk ke gereja tersebut karena “sudah terlalu penuh”. Pdt. Russell H. Conwell yang kebetulan lewat menanyakan mengapa ia menangis. “Saya tidak dapat ke Sekolah Minggu” jawab Hattie.
Hattie.jpg
       Melihat penampilan Hattie yang acak-acakan dan tidak terurus, sang pendeta segera mengerti dan bisa menduga sebabnya ia tidak disambut masuk ke Sekolah Minggu. Segera dituntunnya Hattie masuk ke ruangan Sekolah Minggu dan ia mencarikan tempat duduk yang masih kosong untuk Hattie. Hattie bersama kedua orangtuanya tinggal di daerah kumuh karena mereka tergolong keluarga miskin. Hattie begitu tergugah perasaannya, sehingga sebelum tidur di malam itu ia sempat memikirkan anak-anak lain yang senasib dengan dirinya, yang tidak mempunyai kesempatan untuk ikut Sekolah Minggu.
57cent.jpg
Ketika ia menceritakan pengalamannya itu kepada orang tuanya, sang ibu menghiburnya bahwa dia masih beruntung mendapatkan pertolongan dari bapak pendeta yang baik hati. Sejak saat itu, Hattie bersahabat dengan Pdt. Conwell.
        Dua tahun kemudian Hattie meninggal. Orang tuanya meminta bantuan Pdt. Conwell untuk memimpin acara pemakaman yang sangat sederhana. Saat pemakaman selesai dan tempat tidur Hattie dirapikan, ditemukan sebuah dompet usang, kumal dan sudah sobek di beberapa bagian. Di dalam dompet tersebut terdapat uang receh sebesar 57 sen dan secarik kertas tulisan tangan Hattie yang isinya sebagai berikut : “Uang ini untuk membantu pembangunan gereja kecil agar gereja tersebut bisa diperluas sehingga lebih banyak anak bisa menghadiri Sekolah Minggu.” Rupanya selama 2 tahun, semenjak ia tidak diperbolehkan masuk gereja itu, Hattie telah mengumpulkan dan menabung hingga terkumpul 57 sen untuk maksud yang sangat mulia itu.
        Ketika Pdt. Conwell membaca catatan kecil ini, matanya sembab dan ia sadar apa yang harus diperbuatnya. Dengan berbekal dompet tua dan catatan kecil ini, Pdt. Conwell segera memotivasi para pengurus dan jemaat gerejanya untuk meneruskan maksud mulia Hattie untuk memperbesar bangunan gereja. Namun ceritanya tidak berakhir sampai di sini. Sebuah perusahaan koran yang besar mengetahui berita ini dan mempublikasikannya. Akhirnya, ada seorang Pengembang membaca berita ini dan ia segera menawarkan suatu lokasi di dekat gereja kecil itu, namun para pengurus gereja menyatakan bahwa mereka tidak mungkin sanggup membayar lokasi sebesar dan sebaik itu.
Pendeta.jpg
Para anggota jemaat pun dengan sukarela memberikan donasi, bola salju yang dimulai oleh seorang gadis kecil miskin ini pun terus bergulir dan dalam 5 tahun telah berhasil mengumpulkan dana sebesar 250.000 dollar, suatu jumlah yang fantastik pada saat itu karena dapat dipakai untuk membeli emas seberat 1 ton.
        Semangat, kasih dan ketulusan hati Hattie ternyata membawa dampak yang luar biasa. Berawal dari 57 sen itu, kini di Philadelphia telah berdiri Temple Baptist Church sebuah gereja dengan kapasitas duduk untuk 3300 orang, Temple University tempat ribuan mahasiswa sedang belajar, Good Samaritan Hospital dan sebuah bangunan khusus untuk Sekolah Minggu dengan ratusan pengajar, semuanya itu untuk memastikan agar jangan sampai ada satu anak pun yang tidak mendapat tempat di Sekolah Minggu. Di dalam salah satu ruangan bangunan ini, tampak terlihat foto Hattie dengan tabungannya sebesar 57 sen yang telah membuat sejarah. Di sampingnya terdapat foto Pdt. Conwell, seorang pendeta yang telah mengulurkan tangannya kepada Hattie, si gadis kecil yang miskin itu.
(Sumberremaja.co )

No comments:

Post a Comment